<div style='background-color: none transparent;'></div>
Home » » AKu si manusia anti sinetron

AKu si manusia anti sinetron

AKu si manusia anti sinetron

Selesai shalat magrib dilanjutkan dengan makan malam, wuuuh enaknya Kuah pliek Plus Ikan asin,,kucoba menghidupkan televisi untuk melihat berita up to date hari ini, ternyata duluan si kecil yang megang kendali alias memegang remote kontrolnya. Tidak ada satupun berita yang bias dinikamti melainkan sinetron – sinetron yang hampir setiap malam tayang di stasiun TV.Tak ayal adegan yang tidak wajar dipraktekkan oleh kaum adam dan kaum hawa yang bukan muhrim seakan boleh dipraktekkan dikehidupan sehari – hari. Peran antagonis yang super lebay pun ditampilkan dengan melakukan segala cara untuk memuaskan nafsunya.
Pacaran , selingkuh dan perceraian dihidangkan dengan berbagai metode. Sadar walaupun tidak efek otak mulai merekam hal – hal aneh tersebut.Sinetron laga yang ada pun tak jauh beda, berkelahi, perang dan pertengkaran yang tiada Ujung juga sangat mempengaruhi si penontonnya. HEBATnya lagi, sinetron atau ayeum mata itu menghanyutkan mereka dalam khayalan. Kehidupan mewah yang ditayangkan membuat Fans – fans Sinetron tak ingin– melewatkan sineron tersebut,,wah wah wah seakan malam tidak indah jika tanpa ditemani sinetron.adegan yang diputar pun ternyata mengandung banyak sisi negative,apalagi buat anak – anat yang masih dibawah umur.

Balee Beut (balai pengajian ) yang hampir di setiap daerah muridnya mulai berkurang itu juga sebuah pertanda bahwa pengaruh sinetron sudah benar – benar mempengaruhi aneuk miet (Anak – anak kecil) mulai dari gampong sampai dengan perkotaan.mereka rela meninggalkan Tempat dimana mereka akan dibina hanya dengan mengikuti sinetron yang belum mereka tahu kemana arah tujuannya,,(apalagi sinetron dengan 250 kali tayang atau lebih)

Saya pernah punya kenangan 15 tahun silam, ketika saya masih menuntut ilmu di sebuah Balee beut di Desa Tanjung, walaupun saya paling anti dengan sinetron tapi saya tidak anti yang namanya “Piala Dunia”. Nah pastinya “cabut” dari balai pengajian adalah cara yang dulu saya anggap pantas, saking asyik nonton babak kedua tanpa sadar kami di panggil oleh guru kami (Tgk. Ibrahim), kami pun mengambil langkah seribu. Esok malam kami ditugaskan untuk membersihkan WC dan pekarangan Balee sebagai hukuman.

Beliau pun begitu komunikatif dengan wali santri (walaupun tanpa digaji oleh pemerintah). Dari cerita singkat di atas sangatlah berbeda dengan zaman 2012 ini, yang hampIr semua balee beut kurang diminati oleh anak – anak sekarang.yang menjadi pertanyaannya adalah :
1.kemana orang tua mereka? Sudah maksimalkah pengontrolan dari Orang itu sendiri?
2.SEBELUM guree (guru) memberikan hukuman, sudah sangat pantas kalau hukuman diberikan oleh orang tua murid itu sendiri.
3.Kenapa TV tidak dimatikan saja kalau fardhu sembahyang saja mereka belum mengetahuinya.
4.Kenapa Warnet dan tempat – tempat hiburan saja yang ramai? Harusnya pemilik warnet juga sewajibnya menegur mereka, terkecuali mereka ke warnet untuk belajar ngaji dan baca kitab.

Disini pengaruh orang tua dalam membimbing anak adalah sangat dibutuhkan, serta selalu bersikap komunikatif dengan “GUREE”. Paling kurang menanyakan “Pu si Agam atau si Inong loen na I jak bak beut beuklam? Atau menanyakan pue kitab jinoe ka beut? kemudian jika mempunyai kesempatan .sekali kali si Ortu datang menjumpai Guree untuk bersilaturahmi dan berdiskusi tentang perkembangan si anak – anak, baik disekolah ataupun di Balee beut”. itulah salah satu bentuk perhatian orang tua
.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2011. Ulumuddin's Site . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger